10 Negara Baru Ucapkan Selamat Tinggal pada Dolar AS, Beralih ke Mata Uang Lokal

4 hours ago 20

loading...

Dominasi dolar Amerika Serikat (AS) sebagai mata uang global mulai mendapatkan tantangan serius. FOTO/iStock Photo

JAKARTA - Dominasi dolar Amerika Serikat (AS) sebagai mata uang global mulai mendapatkan tantangan serius. Sepuluh negara baru anggota Persemakmuran Negara-negara Merdeka (CIS) sepakat mengurangi ketergantungan pada dolar AS dan beralih ke mata uang lokal dalam transaksi internasional.

Langkah tersebut merupakan bagian dari tren dedolarisasi yang kian menguat akibat ketidakstabilan kebijakan ekonomi AS dan ketegangan geopolitik global. Dolar AS belakangan mengalami tekanan signifikan, nilainya terus melemah didorong oleh kebijakan tarif tinggi era Donald Trump dan kritik terhadap penggunaan dolar sebagai alat sanksi ekonomi.

Baca Juga: 3 Mata Uang Asia Ini Bisa Gulingkan Dominasi Dolar AS, Ada Tetangga Dekat Indonesia

Dalam laporan terbaru, Deutsche Bank memperingatkan bahwa dolar AS berpotensi kehilangan status sebagai mata uang cadangan utama dunia.

"Kami melihat risiko pergeseran besar dalam alokasi modal global. Prasyarat untuk tren penurunan dolar yang lebih dalam sudah terbentuk," ujar George Saravelos, ekonom Deutsche Bank, seperti dikutip dari Watcher Guru, Senin (5/5).

Pandangan serupa disampaikan Goldman Sachs. Bank investasi tersebut memprediksi dolar AS akan menghadapi tekanan lebih lanjut, terutama jika tren dedolarisasi terus mendapatkan momentum.

Dalam pertemuan terbaru, sepuluh negara CIS menyepakati penggunaan mata uang lokal untuk transaksi bilateral, mengurangi ketergantungan pada dolar AS. Negara-negara tersebut di antaranya;

1. Armenia
2. Azerbaijan
3. Belarusia
4. Kazakhstan
5. Kyrgyzstan
6. Moldova
7. Rusia
8. Tajikistan
9. Turkmenistan
10. Uzbekistan

Baca Juga: Donald Trump Unggah Gambar Dirinya sebagai Paus, Picu Kemarahan Katolik

Keputusan ini sejalan dengan upaya negara-negara ASEAN yang telah lebih dulu memprioritaskan mata uang lokal dalam perdagangan regional. Para analis memperingatkan, jika tren ini berlanjut, dominasi dolar AS dalam sistem keuangan global bisa terus terkikis. Namun, transisi penuh ke mata uang lokal membutuhkan waktu dan stabilitas ekonomi yang memadai.

"Meski prediksi nilai tukar sulit, kami melihat potensi pelemahan dolar lebih jauh dalam beberapa tahun ke depan," kata ekonom Goldman Sachs, Jan Hatzius.

Langkah negara-negara CIS ini menjadi penanda penting dalam upaya global mengurangi ketergantungan pada dolar AS. Jika semakin banyak negara mengikuti, peta kekuatan mata uang dunia mungkin akan berubah secara signifikan.

(nng)

Read Entire Article
Budaya | Peduli Lingkungan| | |