Ekonomi Rusia Sedang Melemah, Tapi Tidak Hancur

5 hours ago 30

loading...

Sejak invasi ke Ukraina pada tahun 2022, Rusia telah menjadi negara yang paling banyak dikenakan sanksi di dunia, namun ekonominya tetap luar biasa tangguh. Foto/Dok

JAKARTA - Sejak invasi ke Ukraina pada tahun 2022, Rusia telah menjadi negara yang paling banyak dikenakan sanksi di dunia, namun ekonominya tetap luar biasa tangguh. Pada tahun 2024, data resmi pemerintah memperlihatkan ekonomi Rusia tumbuh lebih cepat dibandingkan semua negara G7 - Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan AS.

Ekonomi Rusia tahun lalu tumbuh 4,3%, lebih tinggi dibandingkan dengan 1,1% di Inggris, dan 2,8% di AS (Amerika Serikat), dimana pertumbuhannya ditopang oleh pengeluaran militer Kremlin yang mencetak rekor. Baca Juga: Pertaruhan Ekonomi Rusia di Tengah Perang Iran vs Israel

Ekspor minyak negara Rusia, bila dilihat secara volume juga relatif stabil, karena pasokan yang sebelumnya ditujukan untuk Eropa telah dialihkan ke China dan India. Ditambah sebuah "armada bayangan" kapal tanker, yang kepemilikan dan pergerakannya tertutup, telah membantu Moskow menghindari sanksi di tempat lain.

Sementara itu rubel Rusia juga pulih dan menjadi mata uang terkuat di dunia tahun ini, dengan kenaikan lebih dari 40%, menurut Bank of America. Namun seiring pergantian tahun menuju 2026, suasana mulai berubah.

Inflasi tetap tinggi di dalam negeri, suku bunga melonjak menjadi 20%, dan perusahaan tidak dapat menemukan pekerja yang mereka butuhkan. Secara global, harga minyak turun kembali tahun ini sebelum konflik antara Israel dan Iran memicu lonjakan.

Menteri ekonomi Rusia memperingatkan, bahwa negara itu "di ambang" resesi setelah periode "pemanasan berlebih". Dan beberapa pengamat Rusia bahkan memprediksi bahwa ekonomi bisa menuju kehancuran.

Tapi seberapa besar kemungkinan itu bisa terjadi? Dan bagaimana itu mempengaruhi jalannya perang?

Seorang ekonom yang berbasis di Moskow, Yevgeny Nadorshin mengatakan, "Secara keseluruhan, ini akan menjadi situasi yang cukup tidak nyaman hingga akhir 2026, dan pasti akan terjadi gagal bayar dan kebangkrutan."

Namun, dia memprediksi penurunan ini cenderung "ringan" dan menyebutkan bahwa setiap proyeksi tentang kehancuran adalah "kebohongan total." Baca Juga: Tak Lagi Relevan dengan Ekonomi Global, G7 Dijuluki sebagai Klub Mati

Read Entire Article
Budaya | Peduli Lingkungan| | |