Produksi Kopi Gayo Ditarget Naik 160 Persen di 2027 Jadi 2 Ton per Hektare

9 hours ago 23

loading...

Target ambisius ini menjadi bagian dari proyek Kopi Gayo Berkelanjutan yang diluncurkan oleh World Resources Institute (WRI) Indonesia bersama HSBC Indonesia. Foto/Dok

JAKARTA - Produksi kopi Gayo , salah satu kopi spesialti paling populer di dunia, ditargetkan meningkat hingga 160% menjadi 2 ton per hektare pada 2027. Saat ini, produktivitas kebun kopi di kawasan tersebut rata-rata hanya 750 kg per hektare. Target 2 ton per hektare sesuai dengan potensi agro-ekologis salah satu kopi terbaik dunia tersebut.

Target ambisius ini menjadi bagian dari proyek “Kopi Gayo Berkelanjutan” yang diluncurkan oleh World Resources Institute (WRI) Indonesia bersama HSBC Indonesia. Proyek ini bertujuan memperkuat kapasitas dan kesejahteraan petani kopi di Kampung Bale Redelong, Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh, sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan di tengah ancaman perubahan iklim.

“Perubahan iklim diperkirakan akan menyebabkan hilangnya 50% area produksi kopi pada 2050. Hal ini tentu mengkhawatirkan, mengingat kopi merupakan komoditas penting yang melibatkan banyak pihak-mulai dari petani, koperasi, pelaku usaha, hingga konsumen lokal dan mancanegara,” ujar Country Director WRI Indonesia, Nirarta Samadhi.

Baca Juga: Berdayakan Pelaku UMKM, BRI Antarkan Pengusaha Kopi Gayo Tembus Pasar Internasional

Proyek ini mencakup tiga intervensi utama yakni konservasi hutan melalui perhutanan sosial, peningkatan pengolahan pasca-panen dengan energi terbarukan, serta penguatan nilai tambah dan akses pasar. Sebanyak 2.100 petani di Bale Redelong akan didampingi hingga 2027, dengan harapan mereka dapat mandiri secara berkelanjutan setelahnya. Para petani tersebut total menggarap 1.200 hektare perkebunan kopi di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), wilayah konservasi paling penting di bumi.

Menurut President Director HSBC Indonesia, Francois de Maricourt, sektor keuangan memiliki peran signifikan dalam mendukung proyek mitigasi perubahan iklim berbasis alam. ”Salah satunya dengan mengarahkan inisiatif filantropi kami pada sistem pangan dan pertanian berkelanjutan yang esensial seperti proyek Kopi Gayo ini,” katanya.

Direktur Program Pangan, Lahan, dan Air WRI Indonesia, Tomi Haryadi mengungkapkan, proyek ini memperhatikan aspek lingkungan dengan mengubah limbah kulit kopi menjadi biochar dan bioenergi, serta mendorong penggunaan pengering bertenaga surya atau biomassa.

Dari sisi pasar, harga kopi Gayo di tingkat petani saat ini menunjukkan variasi tergantung bentuk dan kualitas produk. Untuk kopi gelondong merah (cherry ripe), harga yang diterima petani saat ini berkisar Rp21.000 per bambu.

Baca Juga: Tren Penjualan Kopi Lokal di Sumut Melonjak, Gayo Paling Laris

Setelah diproses menjadi green bean konvensional, harga di tingkat pengepul mencapai sekitar Rp112.000 per kilogram. Di pasar global, kopi Gayo siap ekspor atau dalam bentuk green bean siap sangrai (ready) dipasarkan dengan harga sekitar Rp120.000 per kilogram.

(akr)

Read Entire Article
Budaya | Peduli Lingkungan| | |