loading...
Tony Murdianto Hidayat, Analis Kebijakan Pertama Lembaga Administrasi Negara (LAN). Foto/Dok. SindoNews
Tony Murdianto Hidayat
Analis Kebijakan Pertama Lembaga Administrasi Negara (LAN)
PROGRAM makan bergizi gratis (MBG) merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia menuju Indonesia Emas 2045. Ujung tombak pelaksanaan program MBG adalah SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi). SPPG merencanakan kebutuhan bahan pangan, menyimpan bahan makanan, mengolahnya menjadi MBG dan mengemasnya untuk kemudian didistribusikan ke penerima manfaat.
Program MBG adalah sebuah program besar yang membutuhkan anggaran ratusan triliun rupiah, puluhan juta jumlah penerima manfaat, dan menjangkau hingga ke pelosok negeri. Pada awal 2025, target penerima manfaat MBG adalah 3 juta orang. Jumlah ini akan meningkat seiring berjalannya waktu. Pemerintah memutuskan menambah jumlah penerima manfaat menjadi 82,9 juta di akhir tahun 2025.
Awalnya, anggaran yang dibutuhkan untuk program MBG adalah Rp71 triliun. Adanya tambahan target penerima manfaat MBG di akhir 2025, membutuhkan tambahan anggaran Rp100 triliun. Sementara anggaran MBG tahun depan ditetapkan sebesar Rp335 triliun.
Pada awal 2025, jumlah SPPG yang terbentuk berjumlah 190 untuk menjangkau penerima manfaat sebanyak 190.000 yang tersebar di 26 propinsi. Sebuah SPPG bisa melayani 3.000-4.000 penerima manfaat. Hingga saat ini terdapat sekitar 8.583 SPPG yang melayani kurang lebih 25 juta penerima manfaat. Pada akhir 2025 dibutuhkan kurang lebih 30.000 SPPG.
Program MBG melibatkan sumber daya yang besar, baik orang maupun anggaran. Hal ini tentu memerlukan pengelolaan yang tepat agar implementasi program dapat berjalan dengan baik. Berbagai pihak yang terlibat perlu berkolaborasi dalam pelaksanaan program MBG.
Isu dalam Implementasi MBG
Implementasi program MBG selama Januari-September 2025 tidak berjalan secara optimal. Menurut data Badan Gizi Nasional (BGN), hingga September 2025 tercatat 70 kasus keracunan dengan jumlah korban mencapai 5.914 orang.