Fenomena Quiet Quitting di Kalangan Gen Z Jepang, Tolak Kerja Berlebihan dan Utamakan Hidup Seimbang

1 day ago 30

loading...

Di tengah budaya kerja Jepang yang selama puluhan tahun dikenal akan dedikasi tanpa batas dan loyalitas penuh, kini Gen Z memilih jalur quiet quitting. Foto/South China Morning Post

JEPANG - Di tengah budaya kerja Jepang yang selama puluhan tahun dikenal akan dedikasi tanpa batas dan loyalitas penuh kepada perusahaan, kini angin perubahan mulai berembus dipelopori Gen Z yang memilih jalur quiet quitting. Ini merupakan sebuah fenomena yang menolak tekanan kerja berlebihan dan lebih mengutamakan keseimbangan hidup.

Quiet quitting , istilah yang pertama kali populer di Amerika Serikat pada tahun 2022, pada dasarnya menggambarkan karyawan yang hanya bekerja sesuai dengan deskripsi tugas tanpa berupaya lebih demi pujian, promosi, atau bonus. Namun di Jepang, istilah ini kini berkembang menjadi bentuk pernyataan sikap, yang mana tidak lagi mengorbankan hidup demi perusahaan, dan justru mengalokasikan lebih banyak waktu untuk diri sendiri.

Pekerja Masuk Tepat Waktu, Pulang Tanpa Drama

Fenomena ini ditandai dengan perilaku yang sederhana namun sangat mencolok dalam konteks budaya Jepang. Di mana para pekerja datang ke kantor tepat waktu, menyelesaikan pekerjaan sesuai jam, dan pulang tanpa beban untuk lembur atau menunjukkan ambisi berlebihan.

Dalam survei terbaru oleh Mynavi Career Research Lab yang melibatkan 3.000 responden berusia 20 hingga 59 tahun, sebanyak 45 persen menyatakan hanya bekerja secara minimum, tanpa keinginan untuk naik jabatan atau mengejar gaji lebih besar.

Menariknya, kelompok usia 20-an adalah yang paling banyak mengakui bahwa mereka cenderung memilih bekerja secukupnya. Alasan utamanya karena mereka ingin menjalani hidup dengan lebih bermakna di luar kantor.

Baca Juga: 8 Rahasia Orang Jepang Hidup Sehat dan Panjang Umur

"Saya tidak benci pekerjaan saya, tapi saya lebih suka waktu untuk hal-hal yang saya sukai: bertemu teman, mendengarkan musik live, atau traveling," kata Issei dilansir dari DW, Rabu (28/5/2025).

Menurutnya, generasi sebelum dirinya, seperti orang tua dan kakeknya, merasa tak punya pilihan selain bekerja keras demi masa depan yang lebih stabil. Namun bagi dirinya, hidup tak bisa hanya dihabiskan untuk mengejar kenaikan gaji atau status.

Read Entire Article
Budaya | Peduli Lingkungan| | |