Cucu Ki Hajar Dewantara Sebut 8 Keterampilan Dasar Ini Perlu Dikenalkan Sejak Dini

11 hours ago 24

loading...

Antarina SF Amir. Foto/Istimewa.

JAKARTA - Hari Pendidikan Nasional menjadi momentum refleksi kritis terhadap arah pendidikan di Indonesia dimana di era globalisasi dan digitalisasi ini, soft skills atau life skills sepertikemampuan berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, kreativitas, dan pemecahan masalah, justru menjadi kunci bagi siswa dalam menghadapi berbagai tantangan masa depan.

Dalam bukunya, “Life Skills for All Learners: How to Teach, Asses, and Report Education’s New Essential” yang diterbitkan ASCD, Amerika Serikat., Antarina SF Amir, cucu Ki Hadjar Dewantara yang juga pakar pendidikan, menyebut ada delapan pilar penting life skills yang perlu dibentuk melalui proses pembelajaran dari pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga pendidikan dasar menengah (SD, SMP, dan SMA).

Buku yang disusun Antarina SF Amir, Thomas R. Guskey dan tim Redea Institute ini membahas delapan fundamental life skill tersebut, yakni: Meta Level Reflection, Expert Thinking, Creativity and Innovation, Adaptability and Agility, Audience Center Communication, Synergistic Collaboration, Emphatic Social Skills, serta Ethical Leadership.

“Fondasi pendidikan yang kokoh harus diletakkan sejak usia dini hingga sekolah menengah atas. Ini mencakup pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, berkomunikasi, serta, berkolaborasi,” tegas Antarina yang sempat menjadi pembicara di konferensi Pendidikan internasional di Hong Kong dan New York (Amerika Serikat) untuk memaparkan buku karyanya.

Keterampilan-keterampilan dasar ini, lanjutnya, akan menjadi landasan bagi siswa untuk belajar secara mandiri, bekerja sama dengan orang lain, serta memahami dan mengolah informasi di berbagai bidang ilmu.

Dia juga menyampaikan, Gen Z yang tumbuh di era digital (digital native) seringkali dianggap sebagai generasi yang melek teknologi. “Namun, minimnya kemampuan Meta Level Reflection dan Expert Thinking dapat menghambat literasi digital mereka yang sebenarnya,” jelasnya.

“Literasi digital bukan hanya tentang kemampuan menggunakan perangkat dan aplikasi, tetapi juga tentang kemampuan untuk mengevaluasi informasi secara kritis, memahami implikasi etis dari teknologi, serta menggunakan teknologi secara bertanggung jawab dan produktif, ujar Antarina.

Jika Gen Z tidak memiliki kemampuan Meta Level Reflection dan Expert Thinking yang kuat, mereka mungkin menjadi konsumen pasif teknologi, mudah terpengaruh oleh disinformasi, dan kurang mampu memanfaatkan teknologi untuk inovasi dan pemecahan masalah.

Antarina menekankan bahwa pendidikan harus berfokus pada pengembangan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan dunia saat ini. "Keterampilan hidup bukan hanya tentang kemampuan teknis, tetapi juga mencakup soft skills yang sangat penting dalam interaksi sosial," ujarnya.

Dia menambahkan, "Kita perlu membekali siswa dengan keterampilan yang memungkinkan mereka untuk beradaptasi dan berinovasi dalam menghadapi tantangan yang terus berubah."

Read Entire Article
Budaya | Peduli Lingkungan| | |